Sibolga – Ketua Pengurus Wilayah Ikatan Alumni Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia (PW IKA BKPRMI) Sumatera Utara, H. Ardiansyah Saragih, S.H., M.H., mengecam keras aksi pengeroyokan sadis yang terjadi di Masjid Agung Sibolga, hingga menyebabkan seorang mahasiswa yatim piatu tewas.
Dalam pernyataannya, Ardiansyah sangat menyesalkan tindakan brutal yang tidak hanya menodai kesucian rumah ibadah, tapi juga merenggut nyawa seorang anak muda tak berdaya.
“Ini tindakan biadab dan tidak manusiawi. Saya minta aparat kepolisian usut tuntas sampai ke akar-akarnya, siapa pun dalangnya. Hukum seberat-beratnya para pelaku agar ada efek jera dan jadi pembelajaran bagi yang lain. Jangan mudah sekali menghilangkan nyawa seseorang, apalagi korban ini seorang mahasiswa yatim piatu,” tegas Ardiansyah, Minggu (2/11/2025).
Sebelumnya, publik digemparkan oleh beredarnya video viral yang memperlihatkan seorang pemuda dikeroyok sekelompok orang di teras Masjid Agung Sibolga.
Dalam video tersebut, korban yang diketahui bernama Arjuna Tamaraya (21) tampak dikerumuni lima pria, lalu ditendang berkali-kali ke arah kepala hingga terkapar. Salah seorang pelaku bahkan menyeret tubuh korban ke halaman depan masjid.
Kasat Reskrim Polres Sibolga AKP Rustam E. Silaban membenarkan kejadian tersebut. Ia mengatakan penganiayaan terjadi pada Jumat (31/10) sekitar pukul 03.30 WIB di halaman masjid.
“Korban meninggal dunia akibat luka berat di bagian kepala akibat penganiayaan bersama-sama,” ujar Rustam.
Korban sempat ditemukan tak sadarkan diri oleh marbot masjid di area parkir dan dibawa ke RSUD FL Tobing Sibolga.
Namun nyawanya tak tertolong dan dinyatakan meninggal dunia pada Sabtu (1/11) pukul 05.55 WIB.
Tiga orang pelaku berhasil ditangkap polisi, yakni ZP alias A (57) dan HB alias K (46) di sekitar lokasi kejadian, serta SS (40) yang ditangkap keesokan harinya saat mencoba melarikan diri ke Pandan.
Jenazah Arjuna telah dimakamkan di kampung halamannya setelah dilakukan autopsi.
Ardiansyah kembali menegaskan agar pihak berwenang tidak berhenti hanya pada penangkapan tiga pelaku.
“Harus diselidiki motif dan siapa yang menggerakkan. Nyawa manusia bukan untuk dipermainkan. Apalagi kejadian ini terjadi di dalam masjid — tempat suci yang seharusnya menjadi tempat kedamaian,” tandasnya.(AVID)



































